BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Alkitab adalah dasar dari kekristenan. Kristen berarti
pengikut Yesus Kristus. Setiap orang Kristen meyakini bahwa Alkitab adalah
firman Allah yang disampaikan kepada manusia yang bermanfaat untuk mengajar,
menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik dalam kebenaran.[1]
"Segala tulisan" sebagaimana
dipakai dalam 2 Tim 3:16
menunjuk terutama kepada tulisan PL (2Tim 3:15).
Akan tetapi, ada petunjuk bahwa ketika Paulus menulis 2 Timotius beberapa
tulisan PB sudah mulai dipandang sebagai Kitab Suci yang diilhamkan dan
berkuasa (1Tim 5:18
yang mengutip Luk 10:7;
2Pet 3:15-16).
Bagi kita dewasa ini, kata "tulisan" menunjuk
kepada tulisan PL dan PB, yaitu "Alkitab". Alkitab merupakan berita
yang asli dari Allah kepada manusia dan satu-satunya kesaksian yang tidak dapat
salah mengenai kegiatan Allah yang menyelamatkan untuk semua orang. Paulus
menegaskan bahwa semua tulisan "diilhamkan Allah" (Yun. "theopneustos"; yang terdiri atas dua kata: theos yang artinya
"Allah" dan pneo yang artinya "bernafas").
Alkitab itu adalah hidup dan Sabda Allah. Bahkan sampai
kata-kata dalam naskah asli, Alkitab itu tidak ada salahnya, benar sepenuhnya,
dapat dipercayai dan tidak mungkin salah. Hal ini benar bukan hanya ketika
Alkitab membicarakan keselamatan, nilai-nilai etika dan moralitas, tetapi juga
tanpa salah tentang segala sesuatu yang dikatakannya, termasuk sejarah dan alam
semesta.[2]
Jika diperhatikan dengan seksama, maka dasar tulisan Paulus
dalam 2 Tim. 3:16 di atas berhubungan erat dengan dunia pendidikan. Ditemukan
kata “mengajar” dan “mendidik” yang berproses dalam “kebenaran” dengan tujuan
yang jelas yaitu “memperbaiki kelakuan”.[3]
Dengan demikian Rasul Paulus hendak menyatakan bahwa Alkitab merupakan suatu
bahan ajar yang kongkrit. Dengan demikian maka sangat menarik untuk dipelajari
bagaimana pola atau sistematika pembelajaran yang saat ini lebih dikenal dengan
istilah kurikulum di dalam Alkitab.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini ditulis
sebagai tugas dan bahan kajian untuk studi mata kuliah Kurikulum Pendidikan
Agama Kristen. Melalui tulisan ini penulis mengharapkan agar pembaca bisa lebih
memahami sebagian dari dinamika pendidikan Kristen yang berhubungan dengan
dasar Alkitabiah dari penerapan kurikulum dalam proses pembelajaran Pendidikan
Agama Kristen.
BAB
II
KURIKULUM
DALAM ALKITAB
A. Pengertian Kurikulum
Kata
kurikulum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, perangkat mata pelajaran yg diajarkan pd
lembaga pendidikan; perangkat
mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.[4]
Kata kurikulum sendiri berasal dari bahasa Inggris Curriculum yang berarti sejumlah atau keseluruhan program studi
yang diberikan di sekolah, perguruan tinggi, universitas, dll.[5]
Soemanto (1982) mengemukakan ada 4 komponen
kurikulum, yaitu: (1) Objective (tujuan); (2) Knowledges (isi atau materi); (3)
School learning experiences (interaksi belajar mengajar di sekolah) dan; (4)
Evaluation (penilaian). Pendapat tersebut diikuti oleh Nasution (1988),
Fuaduddin dan Karya (1992), serta Nana Sudjana (1991: 21). Walaupun istilah
komponen yang dikemukakan berbeda, namun pada intinya sama yakni: (1) Tujuan;
(2) Isi dan struktur kurikulum; (3) Strategi pelaksanaan PBM (Proses Belajar
Mengajar), dan: (4) Evaluasi.[6]
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka
secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kurikulum adalah suatu perencanaan
yang sistematis dalam hal penyampaian ilmu pengetahuan ataupun keahlian
berdasarkan suatu tujuan yang jelas, materi yang tepat serta proses yang benar
dan bisa dievaluasi untuk mengetahui sejauh mana kegiatan tersebut berhasil.
B. Konsep Kurikulum menurut Alkitab
Kata ‘kurikulum’ tidak
pernah dituliskan dalam Alkitab. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa kurikulum
tidak berhubungan sama sekali dengan Alkitab. Jika ditinjau dari tugas dan
tanggung jawab orang Kristen sesuai dengan Amanat Agung yaitu mengajar dan
menjadikan murid, maka secara tidak langsung dapat ditemukan keterkaitan
langsung antara Alkitab dan kurikulum.
Jika mengacu pada
pengertian kurikulum secara umum sebagai suatu keseluruhan proses perencanaan
yang berkaitan dengan penetapan tujuan, materi, proses dan evaluasi, maka di
dalam Alkitab dapat ditemukan banyak hal yang berkaitan dengan kurikulum itu
sendiri. Bahkan dapat dikatakan bahwa Alkitab sesungguhnya merupakan bagian
dari kurikulum Allah.
Berdasarkan pemikiran
di atas, maka penulis menguraikan kurikulum dalam Alkitab menurut beberapa
aspek berikut:
1. Perencanaan atau Penetapan Tujuan
Alam semesta serta
isinya tidak diciptakan begitu saja tanpa tujuan. Jika melihat proses
penciptaan dalam Kejadian pasal 1 dan pasal 2 maka sangat jelas bahwa proses
penciptaan berlangsung sistematis dan berdasarkan suatu konsep perencanaan.
Jika ditinjau lebih jauh, maka sistematika penciptaan menuju pada suatu tujuan
tertentu yaitu pada penciptaan manusia.
Sebelum manusia diciptakan,
ada suatu penegasan perencanaan dimana Allah berfirman: “Baiklah Kita
menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,” (Kej. 1:26). Manusia kemudian
mendapat tugas untuk menguasai dan memelihara bumi serta isinya. Tapi ini
bukanlah tujuan utama dari penciptaan manusia. Tujuan dari penciptaan manusia
adalah supaya manusia bisa menjadi umat Allah dan hidup dalam persekutuan
dengan Dia.[7]
Jika diperhatikan lebih jauh, maka seluruh kisah selanjutnya dalam Alkitab
merupakan bagian dari proses mejadikan manusia sebagai umat-Nya dalam
persekutuan dengan Dia.
2. Materi atau pokok bahasan
Alkitab pada zaman
penulisannya merupakan suatu proses dan karya Allah untuk menegur,
mengingatkan, menyelamatkan dan banyak lagi kata kerja lainnya yang dilakukan
Allah untuk membawa kembali manusia dalam persekutuan dengan Dia. Jadi dapat
dikatakan bahwa materi dari kurikulum Allah adalah firman Allah sendiri.
3. Proses penyampaian
Proses penyampaian
materi dalam dalam Alkitab terdiri dari beragam metode. Hal ini dapat dilihat
dalam Ibrani 1:1-2. Metode yang dipakai Allah sangat beragam dan bisa dibilang
sangat kreatif dan kontekstual. Ketika Allah menyampaikan materi pertama kepada
Adam, Dia menggunakan metode dialog langsung. Kepada Nuh Dia menerapkan metode
praktikum dan kepada bangsa Israel Dia menerapkan metode ceramah maupun
demonstrasi serta menggunakan media. Jika ditinjau lebih dalam lagi, maka dapat
ditemukan sangat banyak dan beragam metode yang dipakai Allah untuk menyatakan
diri-Nya dan mencapai tujuan untuk menjadikan manusia sebagai umat-Nya.
Dalam Ibrani 1 dapat
dilihat bahwa beragam metode yang Allah terapkan mengarah pada satu pusat yaitu
Yesus Kristus. Yesus Kristus sebagai Allah menyatakan bahwa Dia adalah Guru,
yang menerapkan pengajaran langsung kepada murid-murid-Nya dengan berbagai
metode dan terbukti bahwa metode yang digunakan-Nya sangat efektif dan
berdampak bahkan sampai saat ini.
Adapun metode-metode
yang dipakai Yesus dalam memberikan pengajaran antara lain ceramah (Matius
5-7), Tanya jawab (Matius 16:13-20), dialog (Yohanes 3), demonstrasi (Matius 8)
dan masih ada lagi beberapa metode yang Yesus terapkan dalam pengajaran-Nya. Jika
diperhatikan dengan seksama, maka akan didapati bahwa pengajaran Yesus bersifat
sistematis dan terencana. Hal ini jelas terlihat dalam pengajaran kepada
murid-murid-Nya dalam Lukas 14:28-35. Dalam proses pengajarannya, Yesus tidak
menutup diri terhadap kreatifitas. Sistem yang Dia terapkan dinamis dan tidak
kaku (mengacu pada pola tertentu saja). Dia dengan tegas mengatakan bahwa
murid-murid-Nya kelak akan melakukan hal-hal yang bahkan lebih besar dari yang
pernah Dia lakukan (Yohanes 14:12).
4. Evaluasi
Secara umum, Alkitab
merupakan evaluasi terhadap karya Allah. Sejak awal penciptaan Allah senantiasa
mengevaluasi hasil karya-Nya. Dan hasilnya adalah sungguh sangat baik (Kejadian
1:31). Sistem evaluasi dalam Alkitab memegang peranan penting. Melalui evaluasi
maka Sang Pencipta memperikan reward
maupun punishment. Selain Allah
mengevaluasi umat-Nya, Allah juga mengevaluasi bangsa lain (Daniel 5:24-28). Dalam
Injil, Yesus juga mengevaluasi murid-murid-Nya setelah PPL (Lukas 10:17-24).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas
tentang Alkitab ditinjau dari segi kurikulum, penulis menyimpulkan bahwa sekaliupun
kata kurikulum itu sendiri tidak pernah tertulis dalam Alkitab, namun jika
dipelajari lebih jauh menyangkut pengertian dan aspek-aspeknya maka ditemukan
bahwa pada dasarnya kurikulum sudah merupakan bagian dari Alkitab atau bahkan
dapat dikatakan bahwa Alkitab adalah kurikulum Allah sendiri.
B. Aplikasi
Melalui pembahasan ini
kiranya pembaca khususnya setiap orang yang bergumul dengan dunia pendidikan
Kristen bisa lebih memahami bahwa kurikulum merupakan bagian dari Alkitab dan
tidak ragu menjadikan Alkitab sebagai bahan acuan dalam merumuskan kurikulum
modern.
Namun demikian, tidak
perlu terlalu terpaku dan kaku namun tetap kreatif dan dinamis karena Guru
Agung telah memberikan teladan dan ruang untuk kreatifitas yaitu, setiap orang
yang percaya kepada-Nya, akan dimampukan melakukan sesuatu yang bahkan lebih besar
dari yang pernah Sang Guru lakukan.
KEPUSTAKAAN
Alkitab, Jakarta: LAI, 2006.
Groome, Thomas, A. Pendidikan Agama Kristen: Berbagi
Cerita dan Visi Kita. Jakarta: BPK-GM. 2010.
KBBI
Dalam Jaringan: http://kbbi.web.id/.
Diakses tanggal 08/10/2013.
Dictionary
Online: http://dictionary.reference.com/browse/curriculum.
Diakses tanggal 08/10/2013.
Kurikulum:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum.
Diakses tanggal 08/10/2013.
Artikel Penuntun - Pengilhaman Dan Kekuasaan
Alkitab http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8470. Diakses
tanggal 09/10/2013.
Dyrness,
William A. Agar Bumi Bersukacita. Jakarta: BPK-GM. 2004.
[1] 2
Tim. 3:16
[2] http://alkitab.sabda.org/article.php?id=8470,
diakses tanggal 09/10/2013.
[3]
Thomas, A. Groome, Pendidikan Agama Kristen: Berbagi Cerita dan Visi Kita,
Jakarta: BPK-GM, 2010.
[4] KBBI
Dalam Jaringan: http://kbbi.web.id/. Diakses
tanggal 08/10/2013.
[5]
Dictionary Online: http://dictionary.reference.com/browse/curriculum.
Diakses tanggal 08/10/2013.
[6]
Kurikulum: http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum.
Diakses tanggal 08/10/2013.
[7]
William A. Dyrness, Agar Bumi Bersukacita, Jakarta: BPK-GM, 2004, h. 33.